Chapter 2. "Ungkapan tanpa Harap... 🍃"
Tidak terasa masa sekolah sudah hampir usai. Sebentar lagi tiba pengumuman kelulusan yang artinya kami akan berpisah. Kami memutuskan untuk melanjutkan kuliah di universitas yang berbeda-beda, termasuk Bayu. Pendekatan yang selama ini dilakukan Bayu masih mengganjal bagiku. Aku sudah cukup menjaga jarak dengannya setelah tahu dirinya memendam perasaan padaku. Hingga perpisahan sekolah tiba, tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya.
Singkat cerita, kami tidak pernah bertemu atau sekedar menjalin komunikasi. Sudah sangat lama aku tidak tahu bagaimana kabarnya.
Setelah sekian lama, akhirnya dia menghubungiku. Saling menanyakan kabar dan memberi kabar. Dan aku tahu ternyata, dia sudah berstatus milik orang lain. Tapi, ada yang salah dengannya. Bayu masih saja mengatakan padaku seolah meyakinkanku bahwa dirinya tulus menyayangiku. Mendengar ucapannya, sedikit membuatku ingin tersenyum sesaat langsung tertampar keras mengingat status dirinya kini. Hingga sampai saat itu aku sama sekali tidak merasakan cemburu padanya. Dia selalu memintaku untuk bersedia menjadi tempatnya bercerita segala masalah apapun yang ia hadapi. Hingga suatu waktu, dia bercerita bahwa dirinya sudah kembali sendiri. Namun hal itu tidak memberikan reaksi atau perubahan sikap yang begitu berbeda bagi Salma, dirinya masih menjadi Salma yang biasa saja dan terkesan cuek pada Bayu. Hingga akhirnya, Bayu menanyainya sebuah pertanyaan yang membutuhkan jawaban cukup panjang.
“bagaimana perasaanmu?”, tanya Bayu.
“perasaan apa?”, Salma justru balik bertanya dengan bingung.
“aku ingin kita saling jujur, tentang perasaan kita masing-masing. Meskipun aku tahu, aku tidak mungkin untuk kamu terima.” Kata-kata Bayu semakin jelas.
“maksudmu?”, Salma masih berpura-pura tidak mengerti maksud perkataan Bayu. Salma begitu dilema memikirkan jawaban apa yang harus dia berikan untuk Bayu. Tentu saja karena dirinya tidak ingin kehilangan Bayu sebagai temannya, tapi dia juga tidak pernah sekalipun membayangkan memulai sebuah hubungan yang lebih dengan Bayu.
“iya, aku terlalu takut dan ragu mengatakannya padamu dari dulu, ketakutan tentang penolakanmu. Bukan hanya menolak perasaanku saja, tapi juga menolak menerimaku sebagai teman kembali setelah ketidaknyamanan yang aku sebabkan ini. Jadi, untuk sekarang saja, meskipun sekedar tahu, itu akan sangat melegakan bagiku. Aku menyukaimu sejak pertemuan pertama kita, pertemuan mata yang saling menatap waktu itu, tidak bisa kulupakan sampai saat ini. Sampai saatnya aku sadar, aku benar-benar tidak bisa berpaling, mungkin belum tapi itu sulit. Bahkan ketika ragaku bersama orang lain, kamu selalu ada disini. Maaf jika aku lancang dan membuatmu tidak nyaman. Kali ini, aku mohon izinkan aku mengatakan semuanya. Setelah menundanya sekian lama, aku ingin meluapkan semuanya, tanpa terkecuali. Aku selalu berharap kamu akan memberikanku kesempatan membuka hatimu untukku.” Lanjut Bayu dengan panjangnya.
Salma hanya terdiam tanpa sedikitpun menanggapi apa yang diucapkan Bayu. Meskipun sebelumnya Bayu sudah mengatakan padanya bahwa semua itu hanya luapan perasaan yang tidak mengharapkan pembalasan, tetap saja bagi Salma itu mengagetkan. Namun akhirnya mereka saling berusaha untuk tetap menjadi teman baik. Hubungan baik sebagai teman yang mereka jaga hanya melalui handphone karena terpisah jarak yang membatasi pertemuan.
Waktu berlalu sangat cepat. Kabar tentang Salma yang sudah tidak sendiri pun sampai ke telinga Bayu. Bayu masih selalu berusaha baik-baik saja meskipun ujarnya dirinya sangat sakit melihat Salma dimiliki orang lain. Bayu masih saja terus menjaga hati dan berharap Salma bisa bersamanya meskipun tau saat ini Salma bersama orang lain. Dirinya selalu siaga ada untuk Salma kapanpun itu. Tapi Salma begitu takut akan menyakitinya lebih dalam sehingga Salma justru lebih menjaga jarak darinya kini. Untungnya perasaan “suka” Salma saat dulu di bangku sekolah hanya sebatas suka yang tidak pernah berlanjut dan berlebih. Salma benar-benar menganggap Bayu sebagai teman. Salma masih terheran ketika tahu Bayu masih saja belum bisa bersikap layaknya teman biasa. Bayu selalu menunjukkan kelembutannya pada Salma yang tentu saja membuat Salma tidak enak hati.
(bersambung.....)
Tidak terasa masa sekolah sudah hampir usai. Sebentar lagi tiba pengumuman kelulusan yang artinya kami akan berpisah. Kami memutuskan untuk melanjutkan kuliah di universitas yang berbeda-beda, termasuk Bayu. Pendekatan yang selama ini dilakukan Bayu masih mengganjal bagiku. Aku sudah cukup menjaga jarak dengannya setelah tahu dirinya memendam perasaan padaku. Hingga perpisahan sekolah tiba, tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya.
Singkat cerita, kami tidak pernah bertemu atau sekedar menjalin komunikasi. Sudah sangat lama aku tidak tahu bagaimana kabarnya.
Setelah sekian lama, akhirnya dia menghubungiku. Saling menanyakan kabar dan memberi kabar. Dan aku tahu ternyata, dia sudah berstatus milik orang lain. Tapi, ada yang salah dengannya. Bayu masih saja mengatakan padaku seolah meyakinkanku bahwa dirinya tulus menyayangiku. Mendengar ucapannya, sedikit membuatku ingin tersenyum sesaat langsung tertampar keras mengingat status dirinya kini. Hingga sampai saat itu aku sama sekali tidak merasakan cemburu padanya. Dia selalu memintaku untuk bersedia menjadi tempatnya bercerita segala masalah apapun yang ia hadapi. Hingga suatu waktu, dia bercerita bahwa dirinya sudah kembali sendiri. Namun hal itu tidak memberikan reaksi atau perubahan sikap yang begitu berbeda bagi Salma, dirinya masih menjadi Salma yang biasa saja dan terkesan cuek pada Bayu. Hingga akhirnya, Bayu menanyainya sebuah pertanyaan yang membutuhkan jawaban cukup panjang.
“bagaimana perasaanmu?”, tanya Bayu.
“perasaan apa?”, Salma justru balik bertanya dengan bingung.
“aku ingin kita saling jujur, tentang perasaan kita masing-masing. Meskipun aku tahu, aku tidak mungkin untuk kamu terima.” Kata-kata Bayu semakin jelas.
“maksudmu?”, Salma masih berpura-pura tidak mengerti maksud perkataan Bayu. Salma begitu dilema memikirkan jawaban apa yang harus dia berikan untuk Bayu. Tentu saja karena dirinya tidak ingin kehilangan Bayu sebagai temannya, tapi dia juga tidak pernah sekalipun membayangkan memulai sebuah hubungan yang lebih dengan Bayu.
“iya, aku terlalu takut dan ragu mengatakannya padamu dari dulu, ketakutan tentang penolakanmu. Bukan hanya menolak perasaanku saja, tapi juga menolak menerimaku sebagai teman kembali setelah ketidaknyamanan yang aku sebabkan ini. Jadi, untuk sekarang saja, meskipun sekedar tahu, itu akan sangat melegakan bagiku. Aku menyukaimu sejak pertemuan pertama kita, pertemuan mata yang saling menatap waktu itu, tidak bisa kulupakan sampai saat ini. Sampai saatnya aku sadar, aku benar-benar tidak bisa berpaling, mungkin belum tapi itu sulit. Bahkan ketika ragaku bersama orang lain, kamu selalu ada disini. Maaf jika aku lancang dan membuatmu tidak nyaman. Kali ini, aku mohon izinkan aku mengatakan semuanya. Setelah menundanya sekian lama, aku ingin meluapkan semuanya, tanpa terkecuali. Aku selalu berharap kamu akan memberikanku kesempatan membuka hatimu untukku.” Lanjut Bayu dengan panjangnya.
Salma hanya terdiam tanpa sedikitpun menanggapi apa yang diucapkan Bayu. Meskipun sebelumnya Bayu sudah mengatakan padanya bahwa semua itu hanya luapan perasaan yang tidak mengharapkan pembalasan, tetap saja bagi Salma itu mengagetkan. Namun akhirnya mereka saling berusaha untuk tetap menjadi teman baik. Hubungan baik sebagai teman yang mereka jaga hanya melalui handphone karena terpisah jarak yang membatasi pertemuan.
Waktu berlalu sangat cepat. Kabar tentang Salma yang sudah tidak sendiri pun sampai ke telinga Bayu. Bayu masih selalu berusaha baik-baik saja meskipun ujarnya dirinya sangat sakit melihat Salma dimiliki orang lain. Bayu masih saja terus menjaga hati dan berharap Salma bisa bersamanya meskipun tau saat ini Salma bersama orang lain. Dirinya selalu siaga ada untuk Salma kapanpun itu. Tapi Salma begitu takut akan menyakitinya lebih dalam sehingga Salma justru lebih menjaga jarak darinya kini. Untungnya perasaan “suka” Salma saat dulu di bangku sekolah hanya sebatas suka yang tidak pernah berlanjut dan berlebih. Salma benar-benar menganggap Bayu sebagai teman. Salma masih terheran ketika tahu Bayu masih saja belum bisa bersikap layaknya teman biasa. Bayu selalu menunjukkan kelembutannya pada Salma yang tentu saja membuat Salma tidak enak hati.
(bersambung.....)
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


