Main Cast: Salma, Bayu 💕
Sekolah Menengah Atas kali ini berbeda dengan Sekolah Menengah Pertama. 3 tahun bersekolah, kami selalu dengan teman yang sama.
Semasa SMA, teman-teman kami berubah pada setiap tahun ajaran baru. Meskipun
berada pada satu sekolah yang sama, kami tidak saling mengenal satu sama lain
karena pasti masih merasa canggung dan malu, terutama aku yang notabene sedikit
pemalu. Sudah menjadi agenda rutin kegiatan pemlihan ketua kelas dan
jajarannya.
Saat itu, Selasa pagi, di jam istirahat pertama pukul 09.15 WIB, kegaduhan kembali terjadi, dan tentu saja, memang sudah menjadi adat istiadat di kelas baruku itu. Kelas ku termasuk kelas yang super ramai, didominasi oleh anak-anak yang jail, dan “pecicilan”. Beruntungnya, mereka cukup bisa membuat teman-teman yang lainnya mudah membaur.
Saat itu, Selasa pagi, di jam istirahat pertama pukul 09.15 WIB, kegaduhan kembali terjadi, dan tentu saja, memang sudah menjadi adat istiadat di kelas baruku itu. Kelas ku termasuk kelas yang super ramai, didominasi oleh anak-anak yang jail, dan “pecicilan”. Beruntungnya, mereka cukup bisa membuat teman-teman yang lainnya mudah membaur.
“Sal, kantin yuk! Sekalian aku ingin ke toilet, sudah tak
tahan aku sejak kelas pertama dimulai tadi.”
“kenapa tidak ijin saja tadi ke Pak Raka.” Pak Raka adalah
guru mata pelajaran Kimia kami.
“dibuat susah sendiri saja kamu ini”, kataku meledek seraya
tersenyum pada Jihan, sahabat dekatku yang kebetulan satu kelas denganku sejak
kelas 1. Kemudian kami berjalan menuju toilet sebelum ke
kantin.
Setelah membeli camilan di kantin, kami bergegas menuju ke
kelas sebelum bel berbunyi tanda jam istirahat usai. Ketika kami sedang makan
di teras depan kelas, tatkala itu, muncul seorang anak laki-laki dengan
keisengannya menggodai kami.
“Prat, masa tadi di wc gue liat ada **** belom disiram. Jijik
banget gue. Mana bau banget, gila sih, berceceran kemana-mana lagi gitu”.
“gue juga, tapi untungnya gue orangnya bisa tahan sih, nggak
sampe mual atau muntah. Ya mungkin karena gue nggak lagi makan kali ya, jadi
biasa aja. Coba aja gue lagi pegang makanan, uweeeek, udah keluar semua itu isi
perut gue sampe cacing-cacingnya ngikut.”
Pratas, Ajun, dan Bayu, trio jail yang selalu menjengkelkan. Mereka terus saja meneruskan pembicaraan menjijikan tersebut
didepan kami yang tengah makan. Sampe akhirnya kami tidak tahan, membuang
makanan kami yang belum habis dan masuk ke kelas. Betapa jengkelnya aku saat
itu. Tapi aku mencoba menahan, ingat, bahkan baru genap satu minggu kami
menjadi classmate.
Baru saja aku meredam kejengkelanku, Bayu, si anak usil itu
kembali membuat onar. Bersama rekan satu gengnya, Pratas dan Ajun, mereka
kembali beraksi didalam kelas. Lagi, dan lagi.
“eh lo, siapa nama lo?” tanyanya padaku dengan nada kasar.
“Salma”, jawabku singkat.
“lo mau nggak dijadiin sekretaris kelas?”
“nggak ah. Tulisanku jelek, yang lain saja.”
“alasan doang lo, tadi aja lo ngerjain soal Pak Raka kedepan
tulisan lo fine fine aja lah masih bisa dibaca.”
Sebenarnya, aku tidak mau menjadi sekretaris karena trauma
masa SD dulu. Aku seringkali menjadi sekretaris kelas, tetapi kemudian nilaiku
anjlok sampai turun peringkat.
“em... tapi tetap saja, yang lain saja, jangan aku, aku nggak
bisa.” Jawabku masih berusaha menolak dengan baik.
Dia meng-gebug meja
dengan penggaris di tangannya. Entah sengaja atau tidak, mengenai jari
telunjukku, sampai mataku memerah menahan sakit.
“aw!”, reflekku berteriak pelan.
“apa?!,” tanyanya dengan muka yang sedikit kaget dan
sepertinya merasa bersalah tapi enggan meminta maaf.
“bukan apa-apa” kataku seolah baik-baik saja.
“oke, gue putusin lo sekretaris di kelas ini,” tepisnya
dengan tegas.
“lah? Kok? Kan aku nggak mengiyakan.”
“gue nggak butuh iya dari lo.”
Langsung terdiam, masih ditempat duduk sambil mengusap jari,
aku masih mencoba menahan untuk tetap sabar. Kemudian Bayu pergi dengan raut
wajah yang sedikit malu dan menyesal.
Sejak saat itu, Bayu mulai memikirkan Salma. Baginya, Salma
cukup menarik dan membuat dirinya tertantang untuk mendekatinya. Sosok Salma
yang pendiam, kalem dan cantik membuat Bayu semakin penasaran. Namun di sisi
lain Bayu tidak pandai mengekspresikan perasaannya itu. Bayu yang sok cool, tinggi
gengsi, terkesan menutupi fakta bahwa dirinya sedang berusaha mendekati Salma.
Waktu terus berlalu, usaha Bayu terhadap Salma belum
menunjukkan perkembangan. Hubungan keduanya masih sebatas teman sekelas yang
saling acuh dan cuek selain soal pelajaran. Sebenarnya, seiring
berjalannya waktu, Salma mulai menyadari ada sesuatu di tatapan mata Bayu
kepadanya. Tetapi, Salma mengurung ke-pedeannya itu dan meyakinkan dirinya bahwa
itu hanyalah perasaannya saja.
Kala itu, saat pelajaran berlangsung, Salma terganggu oleh
sosok Bayu yang melintas di benaknya. Sosok Salma merupakan sosok yang juga mempunyai
rasa ingin tahu alias penasaran yang
tinggi. Lamunan Salma terpecah saat guru menutup kelas siang itu. Salma
menyadari dirinya baru saja melamun memikirkan Bayu. Dirinya tertegun saat mendapati
Bayu sedari tadi memandanginya dan mereka saling bertatap mata.
*Deegg* “apa ini? Kenapa ada detak yang tiba-tiba cepat?
Kenapa tiba-tiba tubuhku menjadi gerah?” tanya Salma pada dirinya sendiri di dalam
hati.
Bayu pun terlihat salah tingkah setelah melihat Salma
mendapati dirinya dan menatapnya. Raut wajah perlahan merona, jantungnya
semakin berdegup kencang tapi di dalam lubuk hatinya bahagia.
(bersambung....)
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Wkwkwkkwkwkw
BalasHapusTerimakasih sudah berkunjung
Hapus